BAB I
KONSEP TEORI
A. Pengertian
perlakuan buruk terhadap anak ataupun
adolens oleh orang tua, wali, atau orang lain
yang seharusnya memelihara, menjaga, dan
merawat mereka.
v
Child abuse
adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang
merawat anak yang mengakibatkan anak
menjadi terganggu mental maupun fisik,
perkembangan emosional, dan perkembangan
anak secara umum.
v
Sementara
menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan
definisi Child abuse sebagai kekerasan
fisik atau mental, kekerasan seksual dan
penelantaran terhadap anak dibawah usia
18 tahun yang dilakukan oleh orang yang
seharusnya bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan anak, sehingga keselamatan
dan kesejahteraan anak terancam
B. Klasifikasi
Terdapat 2
golongan besar yaitu :
1.
Dalam keluarga
a.
Penganiayaan
fisik, non Accidental “injury” mulai dari ringan “bruiser laserasi” sampai pada
trauma neurologik yang berat dan kematian. Cedera fisik akibat hukuman badan di
luar batas, kekejaman atau pemberian racun.
b.
Penelantaran
anak/kelalaian, yaitu: kegiatan atau behavior yang langsung dapat menyebabkan
efek merusak pada kondisi fisik anak dan perkembangan psikologisnya. Kelalaian
dapat berupa:
1)
Pemeliharaan
yang kurang memadai. Menyebabkan gagal tumbuh, anak merasa kehilangan kasih
sayang, gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan.
2)
Pengawasan yang
kurang memadai. Menyebabkan anak gagal mengalami resiko untuk terjadinya trauma
fisik dan jiwa.
3)
Kelalaian dalam
mendapatkan pengobatan.
4)
Kegagalan dalam
merawat anak dengan baik.
5)
Kelalaian dalam
pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak agar mampu berinteraksi
dengan lingkungannya, gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah
untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.
c.
Penganiayaan
emosional
Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan
anak, tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini umumnya selalu
diikuti bentuk penganiayaan lain.
d.
Penganiayaan
seksual mempergunakan pendekatan persuasif. Paksaan pada seseorang anak untuk
mengajak berperilaku/mengadakan kegiatan seksual yang nyata, sehingga
menggambarkan kegiatan seperti: aktivitas seksual (oral genital, genital, anal,
atau sodomi) termasuk incest.
2.
Di luar rumah
a.
Dalam
institusi/ lembaga
b.
Di tempat kerja
c.
Di jalan
d.
Di medan perang
C. Faktor
Predisposisi
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun
kekerasan psikis, diantaranya adalah:
1.
Stress yang
berasal dari anak
a.
Fisik berbeda,
yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak berbeda dengan
anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik.
Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik
yang sempurna.
b.
Mental berbeda,
yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak mengalami masalah
pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.
c.
Temperamen
berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan
bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal ini
disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan
bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.
d.
Tingkah laku
berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan berbeda
dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di dalam keluarga
dan lingkungan sekitarnya.
e.
Anak angkat,
anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkan orangtua
menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil perkawinan sendiri,
sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak
angkat dan orang tua.
2.
Stress keluarga
a.
Kemiskinan dan
pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang menyebabkan
terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan
kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama demi
mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga.
b.
Mobilitas,
isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga berpengaruh besar
terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang
menjadi faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.
c.
Perceraian,
perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangan kasih
sayang dari kedua orangtua.
d.
Anak yang tidak
diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya perilaku kekerasan pada
anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua,
misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb.
3.
Stress berasal
dari orangtua, yaitu:
a.
Rendah diri,
anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab anak selalu
merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.
b.
Waktu kecil
mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan salah pada masa
kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau anaknya sebagai
bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.
c.
Harapan pada
anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan membuat orangtua
mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan
anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya
dengan melakukan tindakan kekerasan.
D. Manifestasi
Klinis
1.
Akibat pada
fisik anak
a.
Lecet, hematom,
luka bekas gigitan, luka bakar, patah tulang, perdarahan retina akibat dari
adanya subdural hematom dan adanya kerusakan organ dalam lainnya.
b.
Sekuel/cacat
sebagai akibat trauma, misalnya jaringan parut, kerusakan saraf, gangguan
pendengaran, kerusakan mata dan cacat lainnya.
c.
Kematian.
2.
Akibat pada
tumbuh kembang anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang
mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat dari anak yang normal,
yaitu:
a.
Pertumbuhan
fisik anak pada umumnya kurang dari anak-anak sebayanya yang tidak mendapat
perlakuan salah.
b.
Perkembangan
kejiwaan juga mengalami gangguan, yaitu:
1)
Kecerdasan
a)Berbagai penelitian melaporkan terdapat keterlambatan
dalam
perkembangan kognitif, bahasa, membaca, dan
motorik.
b)
Retardasi
mental dapat diakibatkan trauma langsung pada kepala, juga
karena malnutrisi.
c)Pada beberapa kasus keterlambatan ini diperkuat oleh
tidak adanya
stimulasi yang adekuat atau karena gangguan
emosi.
2)
Emosi
a)Terdapat gangguan emosi pada: perkembangan kosnep diri
yang positif,
atau bermusuh dalam mengatasi sifat agresif,
perkembangan hubungan
sosial dengan orang lain, termasuk kemampuan
untuk percaya diri.
b)
Terjadi
pseudomaturitas emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau
bermusuhan
dengan orang dewasa, sedang yang lainnya menjadi menarik diri/menjauhi
pergaulan. Anak suka ngompol, hiperaktif, perilaku aneh, kesulitan belajar,
gagal sekolah, sulit tidur, tempretantrum, dsb.
3)
Konsep diri
Anak yang mendapat perlakuan salah
merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram, dan tidak
bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan ada yang mencoba bunuh
diri.
4)
Agresif
Anak mendapatkan perlakuan yang salah
secara badani, lebih agresif terhadap teman sebayanya. Sering tindakan agresif
tersebut meniru tindakan orangtua mereka atau mengalihkan perasaan agresif
kepada teman sebayanya sebagai hasil miskinnya konsep harga diri.
5)
Hubungan sosial
Pada anak-anak ini sering kurang dapat
bergaul dengan teman sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai
sedikit teman dan suka mengganggu orang dewasa, misalnya dengan melempari batu
atau perbuatan-perbuatan kriminal lainnya.
3. Akibat dari penganiayaan seksual
Tanda-tanda penganiayaan seksual antara
lain:
a.
Tanda akibat
trauma atau infeksi lokal, misalnya nyeri perianal, sekret vagina, dan
perdarahan anus.
b.
Tanda gangguan
emosi, misalnya konsentrasi berkurang, enuresis, enkopresis, anoreksia, atau
perubahan tingkah laku.
c.
Tingkah laku
atau pengetahuan seksual anak yang tidak sesuai dengan umurnya. Pemeriksaan
alat kelamin dilakuak dengan memperhatikan vulva, himen, dan anus anak.
4. Sindrom munchausen
Gambaran sindrom ini terdiri dari
gejala:
a.
Gejala yang
tidak biasa/tidak spesifik
b.
Gejala terlihat
hanya kalau ada orangtuanya
c.
Cara pengobatan
oleh orangtuanya yang luar biasa
d.
Tingkah laku
orangtua yang berlebihan
E. Penatalaksanaan
Pencegahan dan penanggulangan
penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui:
1.
Pelayanan
kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan
berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu, keluarga, dan
masyarakat.
a. Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga
sejahtera.
1)
Individu
a) Pendidikan kehidupan keluarga di sekolah, tempat ibadah,
dan masyarakat
b) Pendidikan pada anak tentang cara penyelesaian konflik
c) Pendidikan seksual pada remaja yang beresiko
d) Pendidikan perawatan bayi bagi remaja yang merawat bayi
e) Pelayanan referensi perawatan jiwa
f) Pelatihan bagi tenaga profesional untuk deteksi dini
perilaku kekerasan.
2)
Keluarga
a) Kelas persiapan menjadi orangtua di RS, sekolah,
institusi di masyarakat
b) Memfasilitasi jalinan kasih sayang pada orangtua baru
c) Rujuk orangtua baru pada perawat Puskesmas untuk tindak
lanjut
d) Pelayanan sosial untuk keluarga
3)
Komunitas
a) Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam keluarga
b) Mengurangi media yang berisi kekerasan
c) Mengembangkan pelayanan dukungan masyarakat, seperti:
pelayanan krisis, tempat penampungan anak/keluarga/usia lanjut/wanita yang
dianiaya
d) Kontrol pemegang senjata api dan tajam
b. Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi
keluarga yang stress
1)
Individu
a) Pengkajian yang lengkap pada tiap kejadian kekerasan pada
keluarga pada tiap pelayanan kesehatan
b) Rencana penyelamatan diri bagi korban secara adekuat
c) Pengetahuan tentang hukuman untuk meminta bantuan dan
perlindungan
d) Tempat perawatan atau “Foster home” untuk korban
2)
Keluarga
a) Pelayanan masyarakat untuk individu dan keluarga
b) Rujuk pada kelompok pendukung di
masyarakat (self-help-group). Misalnya: kelompok pemerhati keluarga
sejahtera
c) Rujuk pada lembaga/institusi di masyarakat yang
memberikan pelayanan pada korban
3)
Komunitas
a) Semua profesi kesehatan terampil memberikan pelayanan
pada korban dengan standar prosedur dalam menolong korban
b) Unit gawat darurat dan unit pelayanan 24 jam memberi
respon, melaporkan, pelayanan kasus, koordinasi dengan penegak hukum/dinas
sosial untuk pelayanan segera.
c) Tim pemeriksa mayat akibat kecelakaan/cedera
khususnya bayi dan anak.
d) Peran serta pemerintah: polisi, pengadilan, dan
pemerintah setempat.
e) Pendekatan epidemiologi untuk evaluasi
f) Kontrol pemegang senjata api dan tajam
c. Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi
keluarga dengan kekerasan
1)
Individu
a) Strategi pemulihan kekuatan dan percaya diri bagi korban
b) Konseling profesional pada individu
2)
Keluarga
a) Reedukasi orangtua dalam pola asuh anak
b) Konseling profesional bagi keluarga
c) Self-help-group (kelompok peduli)
3)
Komunitas
a) “Foster home”, tempat perlindungan
b) Peran serta pemerintah
c) “follow up” pada kasus penganiayaan dan kekerasan
d) Kontrol pemegang senjata api dan tajam
2.
Pendidikan
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian
badan yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran
biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan
harud dijaga agar tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan
keamanan anak di sekolah. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan
agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi
tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada anak.
3.
Penegak hukum
dan keamanan
Hendaknya UU
no.4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen.
Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab
II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan
hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya
secara wajar.
4.
Media massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak
hendaknya diikuti oleh artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak
pada anak baik jangka pendek maupun jangka panjang diberitakan agar program
pencegahan lebih ditekankan.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Fokus
pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa keperawatan
berkaitan dengan child abuse, antara
lain:
a.
Psikososial
1)
Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut
kotor, bau
2)
Gagal tumbuh
dengan baik
3)
Keterlambatan perkembangan
tingkat kognitif, psikomotor, dan psikososial
4)
With drawl
(memisahkan diri) dari orang-orang dewasa
b.
Muskuloskeletal
1)
Fraktur
2)
Dislokasi
3)
Keseleo
(sprain)
c.
Genito Urinaria
1)
Infeksi saluran
kemih
2)
Perdarahan per
vagina
3)
Luka pada
vagina/penis
4)
Nyeri waktu
miksi
5)
Laserasi pada
organ genetalia eksternal, vagina, dan anus.
d.
Integumen
1)
Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar
oleh karena rokok)
2)
Luka bakar pada
kulit, memar dan abrasi
3)
Adanya
tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
4)
Bengkak.
2.
Pemeriksaan
Penunjang
Diagnostik perlakuan salah dapat
ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang teliti,
dokumentasi riwayat psikologik yang lengkap, dan laboratorium.
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik :
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik :
a.
Penganiayaan fisik
Tanda
patogomonik akibat penganiayaan anak dapat berupa: Luka memar, terutama di
wajah, bibir, mulut, telinga, kepala, atau punggung. Luka bakar yang
patogomonik dan sering terjadi: rokok, pencelupan kaki-tangan dalam air panas,
atau luka bakar berbentuk lingkaran pada bokong. Luka bakar akibat aliran
listrik seperti oven atau setrika.
Trauma kepala,
seperti fraktur tengkorak, trauma intrakranial, perdarahan retina, dan fraktur
tulang panjang yang multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda.Trauma
abdomen dan toraks lebih jarang dibanding trauma kepala dan tulang pada
penganiayaan anak. Penganiayaan fisik lebih dominan pada anak di atas usia 2
tahun.
b.
Pengabaian
Pengabaian non
organic failure to thrive, yaitu suatu kondisi yang mengakibatkan kegagalan mengikuti
pola pertumbuhan dan perkembangan anak yang seharusnya, tetapi respons baik
terhadap pemenuhan makanan dan kebutuhan emosi anak.
Pengabaian
medis, yaitu tidak mendapat pengobatan yang memadai pada anak penderita
penyakit kronik karena orangtua menyangkal anak menderita penyakit kronik.
Tidak mampu imunisasi dan perawatan kesehatan lainnya. Kegagalan yang disengaja
oleh orangtua juga mencakup kelalaian merawat kesehatan gigi dan mulut anak
sehingga mengalami kerusakan gigi.
c.
Penganiayaan seksual
Tanda dan
gejala dari penganiayaan seksual terdiri dari: Nyeri vagina, anus, dan penis
serta adanya perdarahan atau sekret di vagina. Disuria kronik, enuresis,
konstipasi atau encopresis. Pubertas prematur pada wanita. Tingkah laku yang
spesifik: melakukan aktivitas seksual dengan teman sebaya, binatang, atau objek
tertentu. Tidak sesuai dengan pengetahuan seksual dengan umur anak serta
tingkah laku yang menggairahkan. Tingkah laku yang tidak spesifik: percobaan
bunuh diri, perasaan takut pada orang dewasa, mimpi buruk, gangguan tidur,
menarik diri, rendah diri, depresi, gangguan stres post-traumatik, prostitusi,
gangguan makan, dsb.
d.
Laboratorium
Jika dijumpai
luka memar, perlu dilakuak skrining perdarahan. Pada penganiayaan seksual,
dilakukan pemeriksaan:
1)
Swab untuk
analisa asam fosfatase, spermatozoa dalam 72 jam setelah
penganiayaan seksual.
2)
Kultur spesimen
dari oral, anal, dan vaginal untuk genokokus
3)
Tes untuk
sifilis, HIV, dan hepatitis B
4)
Analisa rambut
pubis
e. RadiologiAda dua peranan
radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan
salah pada
anak, yaitu untuk:
1)
Identifiaksi fokus
dari jejas
2)
Dokumentasi
a) Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia 2 tahun
sebaiknya
dilakukan untuk
meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun
hanya perlu
dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam
pergerakan pada
saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multiple dengan
tingkat penyembuhan
adanya penyaniayaan fisik.
b) CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral
akut dan kronik,
hanya
diindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang
mengalami
trauma kepala yang berat.
c) MRI (Magnetik Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi
yang subakut
dan kronik
seperti perdarahan subdural dan sub arakhnoid.
d) Ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi
viseral Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami
penganiayaan seksual.
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja,
kurang pengetahuan mengenai pemenuhan kesehatan anak dan ketidakadekuatan
pengaturan perawatan anak.
2. Kapasitas adaptif: penurunan intracranial b.d cedera otak.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan karena faktor
psikologis.
4. Resiko keterlambatan perkembangan b.d kerusakan tak
akibat kekerasan.
C.
Intervensi Keperawatan
1.
Dx I: Kerusakan
pengasuhan b.d. usia muda terutama remaja, kurang pengetahuan mengenai pemenuhan
kesehatan anak dan ketidakadekuatan pengaturan perawatan anak.
NOC: Setelah
dilakukan asuhan keperawatan maka orangtua akan menujukan disiplin yang
konstruktif, mengidentifikasi cara yang efektif untuk mengungkapkan marah atau
frustasi yang tidak membahayakan anak, berpartisipasi aktif dalam konseling dan
atau kelas orangtua.
Intervensi:
a.
Dukung
pengungkapan perasaan
b.
Bantu orangtua
mengidentifikasi deficit atau perubahan menjadi orangtua
c.
Berikan
kesempatan interaksi yang sering untuk orangtua atau anak
d.
Keterampilan
model peran menjadi orangtua
2. Dx II: Kapasitas adaptif: penurunan intracranial b.d
cedera otak
NOC: Setelah
dilakukan asuhan keperawatan maka klien akan menunjukkan peningkatan kapasitas
adaptif intrakranial yang ditunjukkan dengan keseimbangan cairan, keseimbangan
elektrolit dan asam-basa. Status neurologis, dan status neurologis: kesadaran.
Intervensi:
a.
Pantau tekanan
intrakranial dan tekanan perfusi serebral
b.
Pantau status
neurologis pada interval yang teratur
c.
Perhatikan
kejadian yang merangsang terjadinya perubahan pada gelombang TIK
d.
Tentukan data
dasar tanda vital dan irama jantung dan pantau perubahan selama dan sesudah
aktivitas
e.
Ajarkan pada
pemberi perawatan tentang tanda-tanda yang mengindikasikan peningkatan TIK
(misalnya: peningkatan aktivitas kejang)
f.
Ajarkan pada
pemberi perawatan tentang situasi spesifik yang merangsang TIK pada klien
(misalnya: nyeri dan ansietas); diskusikan intervensi yang sesuai.
3. Dx III: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d ketidakmampuan memasukkan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan karena
faktor psikologis.
NOC: Setelah dilakukan asuhan
keperawatan maka klien akan menunjukkan status gizia; asupan makanan, cairan,
dan gizi, ditandai dengan indicator berikut (rentang nilai 1-5: tidak adekuat,
ringan, sedang, kuat, atau adekuat total).
Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi parenteral total.
Asupan cairan secara oral atau IV
Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi parenteral total.
Asupan cairan secara oral atau IV
Intervensi:
a.
Identifikasi
faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya nafsu
makan pasien
b.
Pantau nilai
laboratorium, khususnya transferin, albumin dan elektrolit
c.
Pengelolaan
nutrisi: ketahui makanan kesukaan klien, pantau kandungan
nutrisi dan kalori pada cetakan asupan,
timbang klien pada interval yang tepat
d.
Ajarkan metode
untuk perencanaan makanan
e.
Ajarkan
klien/keluarga tentang makanan bergizi dan tidak mahal
f.
Pengelolaan
nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi
dan bagaimana memenuhinya.
DAFTAR PUSTAKA
Adillah, Chairul. 1994. Penganiayaan
Anak, Medika 3.Jakarta : EGC
Betz,
Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC
Hidayat,
Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak
bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama
Soetjiningsih.
1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
http://www.dynamic.uoregon.edu.
Foynes,MM.2009.Childabuse:Betrayal and disclosure.
Diakses tanggal 28 Maret 2010
http://kamus.landak.com/cari/Child /Buse .
Diunduh 24 April 2012
http://mercusuarku.wordpress.com/2008/08/10/perkembangan-manusia/Situasi
anak-anak
Dunia, 1991. UNICEF di unduh 25 April 2012
http://www.medicastore.com/index.php?mod=penganiayaan&id=607.
Diunduh 25 April 2012
TUGAS PORTOFOLIO
ASUHAN KEPERAWATAN CHILD
ABUSE
OLEH :
ADISTA INDI APRELA
NIM : G2A211001
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012
baik
BalasHapus