BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persalinan
merupakan sebuah proses fisiologis yang akan dialami pada kebanyakan wanita
hamil. Di dalam persalinan terdapat proses pengeluaran bayi, plasenta, cairan
ketuban dan selaputnya. Proses persalinan dapat berlangsung secaran normal
maupun resiko atau terjadi gangguan proses persalinan (dystocia). Gangguan persalinan ini erat kaitanya dengan
factor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan yang dikenal dengan 5P yaitu:
power, passenger, passageway, posisi,
psycologis. Salah satu mengatasi gangguan persalinan khususnya terkait
dengan power dan passageway adalah dengan cara induksi persalinan.
Rumusan Masalah
1. Pengertian induksi persalinan
2. Klisifikasi induksi persalinan
3. Indikasi dan kontra indikasi
4. Komplikasi induksi persalinan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Induksi persalinan adalah suatu
tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun
medikasi, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi
persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana
pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu. (Wiknjosastro, 2007:
73).
Induksi persalinan adalah suatu
upaya stimulasi mulainya proses persalinan(dari tidak ada tanda-tanda
persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari
rahim secara normal. (Darmayanti, 2009: 1).
Indikasi-indikasi yang penting ialah
postmaturitas dan hipertensi pada kehamilan lebih dari 37 minggu. Untuk dapat
melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi, diantaranya :
1. Hendaknya
serviks uteri sudah matang, yaitu serviks sudah mendatar dan menipis dan sudah dapat dilalui oleh
sedikitnya 1 jari, sumbu serviks menghadap ke depan.
2.
Tidak ada disproporsi sefalopelvik
(CPD).
3.
Tidak ada kelainan letak janin yang
tidak dapat dibetulkan.
4. Sebaiknya
kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul. Apabila kondisi-kondisi ini tidak
dipenuhi, maka induksi persalinan mungkin tidak
memberi hasil yang diharapkan.
B.
Tujuan Induksi
1.
Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan
kelanjutan kehamilan.
2.
Untuk menimbulkan aktifitas uterus
yang cukup untuk perubahan serviks dan penurunan janin tanpa meyebabkan hiperstimulasi uterus
atau komplikasi janin.
3.
Agar terjadi pengalaman melahirkan
yang alami dan seaman mungkin dan memaksimalkan kepuasan ibu.
C.
Etiologi
Indikasi induksi persalinan bisa
berasal dari anak atau dari ibu. Indikasi yang berasal dari ibu adalah :
1.
Kelainan hipertensi pada kehamilan, Gangguan hipertensi pada
awal kehamilan disebabkan oleh berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan
tekanan darah maternal disertai risiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu
dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit
hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced hypertensio
(PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan
penyakit yang sudah ada sebelum hamil.
2.
Diabetes, Wanita diabetik yang hamil memiliki risiko
mengalami komplikasi. Tingkat komplikasi
secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama
masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetic. Diabetes yang
diikuti dengan komplikasi lain seperti makrosomia, preklamsia, atau kematian
janin, pengakhiran kehamilan lebih baik dilakukan dengan induksi atau operasi caesar.
3.
Perdarahan Antepartum, Perdarahan antepartum yang bisa
dilakukan induksi persalinan adalah solusio plasenta dan plasenta previa
lateralis. Solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang lepasnya normal
pada korpus uteri sebelum janin lahir. Perdarahan yang terjadi karena
terlepasnya plasenta dapat tersembunyi di belakang plasenta menembus
selaput ketuban, masuk ke dalam kantong ketuban. Nasib janin tergantung
dari luasnya plasenta yang lepas. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,
anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang lepas,
mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatakan gawat janin. Solusio
placenta juga dapat mnyebabkan renjatan pada ibu. Untuk solusio plasenta
yang sedang atau berat.
Indikasi yang
berasal dari anak antara lain :
1. Kehamilan lewat waktu (penelitian
dilakukan oleh peneliti kehamilan lewat waktu
di Kanada pada ibu yang mengalami kehamilan lewat dari 41 minggu yang diinduksi
dengan yang tidak diinduksi, hasilnya menunjukkan angka seksiosesaria
pada kelompok yang diinduksi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang
tidak diinduksi). Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak
mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai risiko asfiksia sampai kematian dalam
rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan:
ü
Pertumbuhan janin makin melambat
ü
Terjadi perubahan metabolisme janin.
ü
Air ketuban berkurang dan makin
kental.
ü Saat
persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
Risiko kematian perinatal kehamilan
lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada
komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi
oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum.
2. Ketuban pecah dini, Ketika selaput
ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat
masuk ke dalam kantong amnion. . Untuk itu perlu ditentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-tanda infeksi antara lain bila suhu ibu ≥38°C. Janin yang mengalami
takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin. Yang ditakutkan jika
terjadi ketuban pecah dini adalah terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Untuk itu jika kehamilan
sudah memasuki aterm maka perlu dilakukaninduksi.
3.
Kematian janin dalam rahim.
4.
Restriksi pertumbuhan intrauteri, Bila dibiarkan terlalu
lama dalam kandungan diduga akan berisiko/
membahayakan hidup janin/kematian janin.
5. Isoimunisasi dan penyakit kongenital
janin yang mayor, Kelainan congenital mayor
merupakan kelainan yang memberikan dampak besar pada bidang medis, operatif,
dan kosmetik serta yang mempunyai risiko kesakitan dan kematian tinggi, misalnya : anensefalus, hidrosefalus, hidronefrosis, hidrops fetalis.
D.
Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari induksi persalinan ada yang absolut
dan yang relatif.
Kontraindikasi
absolut adalah :
1. Disproposi sefalopelvik absolute.
2.
Gawat janin.
3.
Plasenta previa totalos.
4.
Vasa previa.
5.
Presentasi abnormal.
6.
Riwayat seksio sesaria klasik sebelumnya.
7.
Presentasi bokong
Kontraindikasi
yang sifatnya relatif adalah :
1. Perdarahan antepartum.
2.
Grande multiparitas.
3.
Riwayat seksio sesaria sebelumnya (SSTP).
4. Malposisi dan malpresentasi.
E.
Klisifikasi
Induksi
persalinan terbagi atas:
1. Secara Medis
a. Infus oksitosin
Syarat - syarat pemberian infuse oksitosin :
Agar
infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan
tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan syarat-syarat
sebagai berikut:
a) Kehamilan aterm.
b) Ukuran panggul
normal.
c) Tak ada CPD.
d) Janin dalam
presentasi kepala.
e) Servik telah
matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah mulai membuka)
Untuk menilai serviks ini dapat juga
dipakai score Bishop, yaitu bila nilai Bishop
lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasi.
SKOR BISHOP
SKOR
|
0
|
1
|
2
|
3
|
Pembukaan
serviks
|
0
|
1-2
|
3-4
|
5-6
|
Pendataran
serviks
|
0-30 %
|
40-50 %
|
60-70 %
|
80 %
|
Penurunan
kepala diukur dari Hodge III (cm)
|
-3
|
-2
|
-1,0
|
+1, +2
|
Konsistensi
serviks
|
Keras
|
Sedang
|
Lunak
|
|
Posisi
serviks
|
Ke belakang
|
Searah sumbu
jalan lahir
|
Ke arah
depan
|
|
Tekhnik infus oksitosin berencana:
1. Semalam sebelum drip oksitosin,
hendaknya penderita sudah tidur pulas.
2. Pagi harinya penderita diberi
pencahar.
3. Infus oksitosin hendaknya dilakukan
pagi hari dengan observasi yang baik.
4. Disiapkan
cairan RL 500 cc yang diisi dengan sintosinon 5 IU.
5. Cairan yang
sudah mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara intravena melalui aliran
infus dengan jarum abocath no 18 G.
6. Jarum abocath
dipasang pada vena dibagian volar bawah.
7. Tetesan
dimulai dengan 8 mU permenit dinaikan 4 mU setiap 30 menit. Tetesan maksimal
diperbolehkan sampai kadar oksitosin 30-40 mU. Bila sudah mencapai kadar ini
kontraksi rahim tidak muncul juga, maka berapapun kadar oksitosin yang diberikan tidak akan
menimbulkan kekuatan kontraksi. Sebaiknya
infus oksitosin dihentikan
8. Pederita dengan infus oksitosin
harus diamati secara cermat untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri,
tanda-tanda ruptur uteri membakat, maupun
tanda-tanda gawat janin.
9. Bila kontraksi rahim timbul secara
teratur dan adekuat maka kadar tetesanoksitosin dipertahankan. Sebaiknya bila
terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau
sementara dihentikan.
10. Infus oksitosin ini hendaknya tetap
dipertahankan sampai persalinan selesai
yaitu sampai 1 jam sesudah lahirnya plasenta.
11. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks
dapat dilakukan dengan periksa dalam bila
his telah kuat dan adekuat.
b. Pemberian Prostaladin
Prostagladin dapat merangsang otot-otot
polos termsuk juga otot-otot
rahim. Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan
PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan dapat diberikan secara intravena, oral.
Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostagladin cukup
efektif.
c. Cairan hipertonik intra uteri
Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk
merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik
yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20 , urea dan lain-lain.
Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan prostagladin untuk memperkuat rangsangan
pada otot-otot rahim. Cara ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya,
misalnya hipernatremia, infeksi dan gangguan pembekuan darah.
2.
Secara manipulatif
a. Amniotomi
Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan
ketuban baik di bagian bawah depan (fore water) maupun dibagian belakang
(hindwater) dengan suatu alat khusus (drewsmith catheter). Sampai sekarang
belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim. Beberapa teori
mengemukakan bahwa :
ü Amniotomi dapat mengurangi beban
rahim sebesar 40% sehingga tenaga kontraksi
rahim dapat lebih kuat untuk membuka serviks.
ü Amniotomi
menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kira-kira 40 menit setelah amniotomi
dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi
otot-otot rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.
ü Amniotomi
menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks dimana didalamnya
terdapat banyak syaraf- syaraf yang merangsang kontraksi rahim.
Bila setelah
amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda-tanda permulaan persalinan, maka
harus diikuti dengan cara-cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya
dengan inpus oksitosin. Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya
penyulit-penyulit sebagai berikut :
ü Infeksi.
ü Prolapsus
funikuli.
ü Gawat janin.
ü Tanda-tanda solusio palsenta ( bila
ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara tepat ).
Tehnik
amniotomi
Jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis.
Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah
sedemikian rupa, sehingga telapak tangan
menghadap kearah atas. Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam
jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung
pengait diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang didalam.
Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban.
Selain itu menusukkan pengait ini dapat juga dilakukan dengan satu
tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk tangan
kanan, kemudian dimasukkan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada
waktu tindakan ini dikerjakan, seorang
asisten menahan kepala janin kedalam pintu atas panggul. Setelah air
ketuban mengalir keluar, pengait dikeluarkan oleh tangan kiri, sedangkan jari
tangan yang didalam melebar robekan selaput ketuban. Air ketuban dialirkan
sedikit demi sedikit untuk menjaga kemungkinan terjadinya prolaps tali
pusat, bagian-bagian kecil janin, gawat janin dan solusio plasenta.
Setelah selesai tangan penolong ditarik keluar dari jalan lahir.
b. Melepas selaput
ketuban dan bagian bawah rahim ( stnpping of the membrane)
Yang dimaksud dengan stripping of the membrane, ialah
melepaskan ketuban dari dinding segmen
bawah rahim secara menyeluruh setinggi mungkin dengan jari tangan. Cara
ini dianggap cukup efektif dalam merangsang
timbulnya his. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan
ini, ialah :
ü Serviks yang
belum dapat dilalui oleh jari.
ü Bila didapatkan persangkaan plasenta
letak rendah, tidak boleh dilakukan.
ü Bila kepala
belum cukup turun dalam rongga panggul.
c. Pemakaian rangsangan listrik
Dengan dua electrode, yang satu diletakkan dalam servik,
sedangkan yang lain ditempelkan pada dinding perut, kemudian dialirkan listrik
yang akan memberi rangsangan pada serviks
untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini bermacam-macam,
bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga
dapat dibawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemakaian
alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien.
d. Rangsangan
pada puting susu (breast stimulation )
Sebagaimana diketahui rangsangan
putting susu dapat mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosis sehingga
terjadi kontraksi rahim. Dengan pengertian ini maka telah dicoba dilakukan
induksi persalinan dengan merangsang puting susu. Pada salah satu puting susu,
atau daerah areola mammae dilakukan masase
ringan dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah
tersebut, maka sebaiknya pada daerah putting dan aerola mammae di beri minyak
pelicin. Lamanya tiap kali melakukan masase ini dapat ½ jam ±1 jam, kemudian
istirah beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi, sehingga dalam 1hari maksimal
dilakukan 3 jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan tindakan ini pada kedua
payudara bersamaan, karena ditakutkan terjadi perangsangan berlebihan. Menurut
penelitian di luar negri cara induksi
ini memberi hasil yang baik. Cara-cara ini baik sekali untuk melakukan
pematangan serviks pada kasus-kasus kehamilan lewat waktu.
F.
Patofisiologi
Induksi persalinan terjadi akibat
adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu
misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini.
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin
tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif
terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya otot rahim
tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan
pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya
resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta
mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun
setelah 42minggu, ini dapat dibuktikan
dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasentallaktogen.
G.
Manifestasi Klinis
Manifestasi yang terjadi pada
induksi persalinan adalah kontraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit
karena mulainya sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi
rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus
dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak
tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan
menghentikan proses induksi kemudian dilakukan operasi caesar.
H.
Komplikasi
Menurut
Rustam (1998), komplikasi induksi
persalinan adalah :
a.
Terhadap
Ibu
1) Kegagalan induksi.
2) Kelelahan ibu
dan krisis emosional.
3) Inersia uteri
partus lama.
4) Tetania uteri (tamultous lebar) yang
dapat menyebabkan solusio plasenta, ruptura uteri dan laserasi jalan lahir
lainnya.
5) Infeksi intra uterin.
b.
Terhadap janin
1) Trauma pada
janin oleh tindakan.
2) Prolapsus tali pusat.
3) Infeksi intrapartal pada janin.
Komplikasi
induksi persalingan dengan pemberian oksitosin dalam infus intravena dengan
pemecahan ketuban cukup aman bagi ibu apabila syarat-syarat seperti disebut diatas dipenuhi. Kematian perinatal
lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi oleh keadaan yang menjadi indikasi
untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa induksi
persalinan gagal, dan perlu dilakukan seksio sesaria, harus selalu
diperhitungkan. Komplikasi induksi
persalinan yang mungkin terjadi diantaranya adalah :
1. Adanya kontraksi rahim yang
berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukandalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa
tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya proses induksi
dihentikan dan dilakukan operasi Caesar. Kontraksi yang dihasilkan oleh uterus
dapa tmenurunkan denyut jantung janin.
2. Janin akan
merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin (stress pada bayi). Itu
sebabnya selama proses induksi berlangsung, penolong harus memantau gerak
janin. Bila dianggap terlalu berisiko menimbulkan gawat janin, proses induksi harus
dihentikan.
3. Dapat merobek
bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yang sebelumnya pernah dioperasi caesar,
lalu menginginkan kelahiran normal.
4. Emboli. Meski kemungkinannya sangat
kecil sekali namun tetap harus diwaspadai.
Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan
menyangkut di otak ibu, atau paru-paru. Bila terjadi, dapat merenggut nyawa
ibu seketika.
5. Janin bisa
mengalami ikterus neonatorum dan aspirasi air ketuban.
6. Infeksi dan
rupture uterus juga merupakan komplikasi yang terjadi pada induksi persalinan walaupun jumlahnya
sedikit.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, induksi persalinan adalah usaha agar
persalinan mulai berlangsung atau sesudah kehamilan cukup bulan
dengan jalan merangsang timbulnya his. Klasifikasi dari induksi persalinan
ada 2 yaitu; secara medikasi dan secara
manipulative.
Contoh
Kasus :
Seorang
ibu umur 24 tahun dengan hamil 39 minggu sudah mengeluarkan lendir darah selama
3 hari yang lalu, karena selama 3 hari itu ibu tidak merasakan adanya kontraksi
atau tanda-tanda kelahiran, pada akhirnya dibawalah si ibu ke rumah sakit untuk
diperiksa lebih lanjut. Setelah di periksa tidak ditemukan tanda-tanda
pembukaan, dokter memutuskan untuk melakukan persalinan dengan induksi, karena dikhawatirkan
jika di biarkan lebih lama akan
menyebabkan infeksi pada ibu dan janin.
TUGAS
MAKALAH MATERNITAS
MANAJEMEN
PERSALINAN DENGAN INDUKSI
DISUSUN OLEH :
ADISTA INDI APRELA
G2A211001
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN LINTAS JALUR
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN
KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SEMARANG
2012/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar