Halaman

Kamis, 13 September 2012

PERSALINAN DENGAN INDUKSI



BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Persalinan merupakan sebuah proses fisiologis yang akan dialami pada kebanyakan wanita hamil. Di dalam persalinan terdapat proses pengeluaran bayi, plasenta, cairan ketuban dan selaputnya. Proses persalinan dapat berlangsung secaran normal maupun resiko atau terjadi gangguan proses persalinan (dystocia). Gangguan persalinan ini erat kaitanya dengan factor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan yang dikenal dengan 5P yaitu: power, passenger, passageway, posisi, psycologis. Salah satu mengatasi gangguan persalinan khususnya terkait dengan power dan passageway adalah dengan cara induksi persalinan.

Rumusan Masalah
1.      Pengertian induksi persalinan
2.      Klisifikasi induksi persalinan
3.      Indikasi dan kontra indikasi
4.      Komplikasi induksi persalinan
 




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian
Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medikasi, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu. (Wiknjosastro, 2007: 73).
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan(dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal. (Darmayanti, 2009: 1).
Indikasi-indikasi yang penting ialah postmaturitas dan hipertensi pada kehamilan lebih dari 37 minggu. Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi, diantaranya :
1.      Hendaknya serviks uteri sudah  matang,  yaitu serviks sudah mendatar dan  menipis dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, sumbu serviks menghadap ke depan.
2.      Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD).
3.      Tidak ada kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan.
4.      Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul. Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi, maka induksi persalinan mungkin tidak memberi hasil yang diharapkan.

B.     Tujuan Induksi
1.      Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan kelanjutan kehamilan.
2.      Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan penurunan janin tanpa meyebabkan hiperstimulasi uterus atau komplikasi janin.
3.      Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin dan memaksimalkan kepuasan ibu.

C.    Etiologi
Indikasi induksi persalinan bisa berasal dari anak atau dari ibu. Indikasi yang berasal dari ibu adalah :
1.      Kelainan hipertensi pada kehamilan, Gangguan hipertensi pada awal kehamilan disebabkan oleh berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai risiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil.
2.      Diabetes, Wanita diabetik yang hamil memiliki risiko mengalami komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetic. Diabetes yang diikuti dengan komplikasi lain seperti makrosomia, preklamsia, atau kematian janin, pengakhiran kehamilan lebih baik dilakukan dengan induksi atau operasi caesar.
3.      Perdarahan Antepartum, Perdarahan antepartum yang bisa dilakukan induksi persalinan adalah solusio plasenta dan plasenta previa lateralis. Solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang lepasnya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat tersembunyi di belakang plasenta menembus selaput ketuban, masuk ke dalam kantong ketuban. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang lepas. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang lepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatakan gawat janin. Solusio placenta juga dapat mnyebabkan renjatan pada ibu. Untuk solusio plasenta yang sedang atau berat.
 
Indikasi yang berasal dari anak antara lain :

1.      Kehamilan lewat waktu (penelitian dilakukan oleh peneliti kehamilan lewat waktu di Kanada pada ibu yang mengalami kehamilan lewat dari 41 minggu yang diinduksi dengan yang tidak diinduksi, hasilnya menunjukkan angka seksiosesaria pada kelompok yang diinduksi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak diinduksi). Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai risiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan:
ü  Pertumbuhan janin makin melambat
ü  Terjadi perubahan metabolisme janin.
ü  Air ketuban berkurang dan makin kental.
ü  Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
Risiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum.
2.      Ketuban pecah dini, Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. . Untuk itu perlu ditentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi antara lain bila suhu ibu ≥38°C. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin. Yang ditakutkan jika terjadi ketuban pecah dini adalah terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Untuk itu jika kehamilan sudah memasuki aterm maka perlu dilakukaninduksi.
3.      Kematian janin dalam rahim.
4.      Restriksi pertumbuhan intrauteri, Bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan berisiko/ membahayakan hidup janin/kematian janin.
5.      Isoimunisasi dan penyakit kongenital janin yang mayor, Kelainan congenital mayor merupakan kelainan yang memberikan dampak besar pada bidang medis, operatif, dan kosmetik serta yang mempunyai risiko kesakitan dan kematian tinggi, misalnya : anensefalus, hidrosefalus,  hidronefrosis,  hidrops fetalis.

D.    Kontra Indikasi 
Kontra indikasi dari induksi persalinan ada yang absolut dan yang relatif.
Kontraindikasi absolut adalah :
1.      Disproposi sefalopelvik absolute.
2.      Gawat janin.
3.      Plasenta previa totalos.
4.      Vasa previa.
5.      Presentasi abnormal.
6.      Riwayat seksio sesaria klasik sebelumnya.
7.      Presentasi bokong

Kontraindikasi yang sifatnya relatif adalah :
1.      Perdarahan antepartum.
2.      Grande multiparitas.
3.      Riwayat seksio sesaria sebelumnya (SSTP).
4.      Malposisi dan malpresentasi.

E.     Klisifikasi
Induksi persalinan terbagi atas:
1.      Secara Medis
a.       Infus oksitosin
Syarat - syarat pemberian infuse oksitosin :
Agar infuse oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a)      Kehamilan aterm.
b)      Ukuran panggul normal.
c)      Tak ada CPD.
d)     Janin dalam presentasi kepala.
e)      Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah mulai membuka)
Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai score Bishop, yaitu bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasi.


SKOR BISHOP
SKOR
0
1
2
3
Pembukaan serviks
0
1-2
3-4
5-6
Pendataran serviks
0-30 %
40-50 %
60-70 %
80 %
Penurunan kepala diukur dari Hodge III (cm)
-3
-2
-1,0
+1, +2
Konsistensi serviks
Keras
Sedang
Lunak

Posisi serviks
Ke belakang
Searah sumbu jalan lahir
Ke arah depan






Tekhnik infus oksitosin berencana:
1.      Semalam sebelum drip oksitosin, hendaknya penderita sudah tidur pulas.
2.      Pagi harinya penderita diberi pencahar.
3.      Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan observasi yang baik.
4.      Disiapkan cairan RL 500 cc yang diisi dengan sintosinon 5 IU.
5.      Cairan yang sudah mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara intravena melalui aliran infus dengan jarum abocath no 18 G.
6.      Jarum abocath dipasang pada vena dibagian volar bawah.
7.      Tetesan dimulai dengan 8 mU permenit dinaikan 4 mU setiap 30 menit. Tetesan maksimal diperbolehkan sampai kadar oksitosin 30-40 mU. Bila sudah mencapai kadar ini kontraksi rahim tidak muncul juga, maka berapapun kadar oksitosin yang diberikan tidak akan menimbulkan kekuatan kontraksi. Sebaiknya infus oksitosin dihentikan
8.      Pederita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda-tanda ruptur uteri membakat, maupun tanda-tanda gawat janin.
9.      Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat maka kadar tetesanoksitosin dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
10.  Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai yaitu sampai 1 jam sesudah lahirnya plasenta.
11.  Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dengan periksa dalam bila his telah kuat dan adekuat. 

b.      Pemberian Prostaladin
Prostagladin dapat merangsang otot-otot polos termsuk juga otot-otot rahim. Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan dapat diberikan secara intravena, oral. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostagladin cukup efektif.

c.       Cairan hipertonik intra uteri
Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20 , urea dan lain-lain. Kadang-kadang pemakaian urea dicampur dengan prostagladin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim. Cara ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeksi dan gangguan pembekuan darah.

2.      Secara manipulatif 
a.       Amniotomi
Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan (fore water) maupun dibagian belakang (hindwater) dengan suatu alat khusus (drewsmith catheter). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim. Beberapa teori mengemukakan bahwa :

ü  Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka serviks.
ü  Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi otot-otot rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.
ü  Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf- syaraf yang merangsang kontraksi rahim.
Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda-tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara-cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan inpus oksitosin. Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit-penyulit sebagai berikut :
ü  Infeksi.
ü  Prolapsus funikuli.
ü  Gawat janin.
ü  Tanda-tanda solusio palsenta ( bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara tepat ).

Tehnik amniotomi
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas. Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung pengait diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban. Selain itu menusukkan pengait ini dapat juga dilakukan dengan satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk tangan kanan, kemudian dimasukkan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada waktu tindakan ini dikerjakan, seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu atas panggul. Setelah air ketuban mengalir keluar, pengait dikeluarkan oleh tangan kiri, sedangkan jari tangan yang didalam melebar robekan selaput ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit demi sedikit untuk menjaga kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian-bagian kecil janin, gawat janin dan solusio plasenta. Setelah selesai tangan penolong ditarik keluar dari jalan lahir.

b.      Melepas selaput ketuban dan bagian bawah rahim ( stnpping of the membrane)
Yang dimaksud dengan stripping of the membrane, ialah melepaskan ketuban dari dinding segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi mungkin dengan jari tangan. Cara ini dianggap cukup efektif dalam merangsang timbulnya his. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini, ialah :
ü  Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari.
ü  Bila didapatkan persangkaan plasenta letak rendah, tidak boleh dilakukan.
ü  Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul.

c.       Pemakaian rangsangan listrik 
Dengan dua electrode, yang satu diletakkan dalam servik, sedangkan yang lain ditempelkan pada dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan memberi rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini bermacam-macam, bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga dapat dibawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemakaian alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien.

d.      Rangsangan pada puting susu (breast stimulation )
Sebagaimana diketahui rangsangan putting susu dapat mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosis sehingga terjadi kontraksi rahim. Dengan pengertian ini maka telah dicoba dilakukan induksi persalinan dengan merangsang puting susu. Pada salah satu puting susu, atau daerah areola mammae dilakukan masase ringan dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah tersebut, maka sebaiknya pada daerah putting dan aerola mammae di beri minyak pelicin. Lamanya tiap kali melakukan masase ini dapat ½ jam ±1 jam, kemudian istirah beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi, sehingga dalam 1hari maksimal dilakukan 3 jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan tindakan ini pada kedua payudara bersamaan, karena ditakutkan terjadi perangsangan berlebihan. Menurut penelitian di luar negri cara induksi ini memberi hasil yang baik. Cara-cara ini baik sekali untuk melakukan pematangan serviks pada kasus-kasus kehamilan lewat waktu.

F.     Patofisiologi
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasentallaktogen.

G.     Manifestasi Klinis
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian dilakukan operasi caesar.

H.    Komplikasi
Menurut Rustam (1998), komplikasi induksi persalinan adalah :
a.      Terhadap Ibu
1)      Kegagalan induksi.
2)      Kelelahan ibu dan krisis emosional.
3)      Inersia uteri partus lama.
4)      Tetania uteri (tamultous lebar) yang dapat menyebabkan solusio plasenta, ruptura uteri dan laserasi jalan lahir lainnya.
5)      Infeksi intra uterin.

b.       Terhadap janin
1)      Trauma pada janin oleh tindakan.
2)      Prolapsus tali pusat.
3)      Infeksi intrapartal pada janin.
Komplikasi induksi persalingan dengan pemberian oksitosin dalam infus intravena dengan pemecahan ketuban cukup aman bagi ibu apabila syarat-syarat seperti disebut diatas dipenuhi. Kematian perinatal lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk  melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal, dan perlu dilakukan seksio sesaria, harus selalu diperhitungkan. Komplikasi induksi persalinan yang mungkin terjadi diantaranya adalah :
1.      Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukandalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya proses induksi dihentikan dan dilakukan operasi Caesar. Kontraksi yang dihasilkan oleh uterus dapa tmenurunkan denyut jantung janin.
2.      Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin (stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, penolong harus memantau gerak janin. Bila dianggap terlalu berisiko menimbulkan gawat janin, proses induksi harus dihentikan.
3.      Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yang sebelumnya pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal.
4.      Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harus diwaspadai. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak ibu, atau paru-paru. Bila terjadi, dapat merenggut nyawa ibu seketika.
5.      Janin bisa mengalami ikterus neonatorum dan aspirasi air ketuban.
6.      Infeksi dan rupture uterus juga merupakan komplikasi yang terjadi pada induksi persalinan walaupun jumlahnya sedikit.

 


 
BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his. Klasifikasi dari induksi persalinan ada 2 yaitu; secara medikasi dan secara manipulative.



 



Contoh Kasus :
Seorang ibu umur 24 tahun dengan hamil 39 minggu sudah mengeluarkan lendir darah selama 3 hari yang lalu, karena selama 3 hari itu ibu tidak merasakan adanya kontraksi atau tanda-tanda kelahiran, pada akhirnya dibawalah si ibu ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Setelah di periksa tidak ditemukan tanda-tanda pembukaan, dokter memutuskan untuk melakukan persalinan dengan induksi, karena dikhawatirkan  jika di biarkan lebih lama akan menyebabkan infeksi pada ibu dan janin.



 
                  

TUGAS MAKALAH MATERNITAS
MANAJEMEN PERSALINAN DENGAN INDUKSI




 










DISUSUN OLEH :
ADISTA INDI APRELA
G2A211001



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN  LINTAS JALUR
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SEMARANG
2012/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar